Tuesday, September 11, 2012

Air Mata Cinta

Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh kasihan, sunguh kasihan, sungguh kasihan”. Salah seorang Sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan orang tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang diantara keduanya, saat umur mereka sudah menua, namun tidak bisa membuatnya masuk Surga”. (HR. Muslim)

Hadist Rasulullah SAW diatas menekankan kepada kita tentang pentingnya berbakti kepada orang tua. Disaat durhaka dan melawan kepada orang tua seakan sudah menjadi kewajaran, penting sekali bagi kita untuk kembali memuhasabah diri kita. Apakah kita sudah memuliakan orang tua kita atau kita termasuk orang yang disebutkan Rasulullah dalam Hadist diatas?

Disalah satu pengadilan Arab Saudi beberapa waktu yang lalu. Terjadi drama mengharukan yang mungkin dapat menginspirasi kita semua.

Hizan Al-Fuhaidi berdiri didepan hakim dengan air mata yang bercucuran hingga membasahi  janggutnya, Kenapa? Karena ia kalah terhadap perseteruannya dengan saudara kandungnya.

Tentang apakah perseteruan dengan saudaranya? Tentang tanahkah? Atau warisan yang mereka saling perebutkan?

Bukan karena itu semua, ia kalah dari saudaranya terkait pemeliharaan ibunya yang sudah renta & bahkan hanya memakai sebuah cincin timah dijarinya yang telah keriput.

Seumur hidupnya, beliau tinggal dengan Hizan yang selama ini menjaganya. Tatkala beliau telah manula, datanglah adiknya yang tinggal dikota lain, untuk menjemput ibunya untuk tinggal bersamanya, dengan alasan fasilitas kesehatan dan lain-lain di kota jauh lebih lengkap daripada di desa. Namun Hizan menolak dengan alasan, selama ini ia mampu untuk menjaga ibunya. Perseteruan  ini akhirnya berlanjut sampai ke pengadilan.
Sidang demi sidang tlah dilalui, hingga sang hakim pun meminta agar sang ibu dihadirkan di majelis.

Kedua bersaudara ini membopong ibunya yang sudah tua renta, yang beratnya sudah tak sampai 40kg.

Sang Hakim bertanya kepadanya, siapa yang lebih berhak tinggal bersamanya. Sang Ibu memahami pertanyaan yang diajukan Sang Hakim, ia pun menjawab, sambil menunjuk ke Hizan, “Ini mata kananku” kemudian menunjuk ke adiknya sambil berkata, “Ini mata kiriku”.

Sang Hakim berpikir sejenak kemudian memutuskan hak kepada adik Hizan, berdasar kemaslahatan-kemaslahatan bagi si Ibu.

Betapa mulia air mata yang dikucurkan oleh Hizan, air mata penyesalan karena tidak dapat memelihara ibunya tatkala beliau telah menginjak usia lanjutnya. Dan, betapa terhormat dan agungnya sang Ibu yang diperebutkan oleh anak-anaknya hingga seperti ini.

Semoga kita bida mengambil pelajaran. Allahua’lam Bishshawab. [Oase]

Selamat Datang Senja


Selamat datang senja
Di laman yang tlah menantimu
Katamu baru kan menghiasnya
Dalam setiap gores
Dalam setiap derap jemari menuai kata

Disini..
diatap mu..
atap yang tak sama sekali beda
atap yang membuatmu tuk trus belajar

Disini..
dikanvas mu..
kanvas yang sama
kanvas yang membuatmu tuk trus meraba
dari setiap hadirnya rasa
dan menggoreskannya
kanvas yang membawa mengenal maya

senja..
selamat datang..